Potensi Kerja Sama Industri Anggota IISIA dan Produsen Alat Potong dan Perkakas Tangan Dibahas dalam FGD
Sumber: PT Jatim Taman Steel Mfg
Dalam upaya mendukung pemenuhan kebutuhan bahan baku bagi industri alat potong dan perkakas tangan di Indonesia, baru baru ini Direktorat IKM Logam, Mesin, Elektronika, dan Alat Angkut (IKM LMEA) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Horison Ultima Bekasi. Acara ini mengundang berbagai pelaku usaha terkemuka dan produsen bahan baku logam, dengan harapan terciptanya kolaborasi strategis yang dapat memperkuat rantai pasok industri dalam negeri.
Agenda dan Narasumber Penting
FGD ini dihadiri oleh 20 pelaku usaha dari berbagai sektor industri alat potong dan perkakas tangan, serta sejumlah narasumber dari perusahaan dan organisasi terkemuka, seperti:
1. The Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA), yang membahas potensi kerja sama dalam penyediaan medium carbon steel, tool steel, dan high-speed steel.
2. PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk., yang memaparkan produk unggulan dan prosedur kerja sama.
3. PT. Krakatau Posco, yang menawarkan solusi bahan baku inovatif.
4. PT. Jatim Taman Steel Manufacturing, yang dikenal sebagai penyedia baja khusus (special steel).
5. PT. Gunung Raja Paksi Tbk., yang menjelaskan kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan logam nasional.
Dalam sesi yang dipresentasikan oleh IISIA, diuraikan sejumlah potensi kerja sama terkait material baja yang dapat mendukung kebutuhan industri alat potong dan perkakas tangan di Indonesia:
• Medium Carbon Steel. dengan spesifikasi grade seperti JIS S45C, ASTM A36, dan SAE 1045, banyak digunakan untuk alat-alat perkakas sederhana seperti palu, tang, dan obeng, serta bahan dasar produk yang membutuhkan heat treatment seperti quenching dan tempering. IISIA menyoroti peluang kerja sama dalam penyediaan material ini dalam bentuk plate atau HRC, serta pengembangan material dengan ketahanan aus yang lebih baik.
• Tool Steel, dengan spesifikasi grade seperti AISI D2, AISI O1, dan JIS SKD11, merupakan baja dengan kekerasan tinggi yang digunakan untuk cetakan (dies), alat stamping, dan alat pemotong. Potensi kerja sama meliputi penelitian bersama untuk meningkatkan kemampuan produsen baja lokal menghasilkan tool steel, serta pengembangan suplai slab atau billet untuk proses rolling menjadi tool steel.
• High-Speed Steel (HSS) dengan spesifikasi grade M2, T1, dan SKH51 digunakan untuk alat potong berkecepatan tinggi, seperti mata bor, pisau frais, dan alat gergaji. IISIA mengusulkan pengembangan bahan alternatif lokal untuk HSS dan kolaborasi riset untuk memproduksi baja dengan paduan tinggi (high alloy steel), yang akan mendukung performa alat potong dalam industri.
Dalam sesi pemaparan, PT Jatim Steel melalui General Manager Quality Engineering, Bapak Ervan Latuhari, menegaskan kesiapan perusahaan untuk mendukung kebutuhan baja batangan untuk para produsen perkakas IKM, baja batangan dari PT Jatim Steel dirancang untuk memenuhi spesifikasi tinggi yang dibutuhkan oleh industri otomotif, dengan fokus pada kualitas, efisiensi, dan daya tahan. Langkah ini sejalan dengan visi perusahaan dalam mendukung kemandirian industri baja nasional sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor.
Rangkaian Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan 28 November ini dimulai pukul 08.30 WIB dengan serangkaian acara pembukaan, termasuk menyanyikan lagu Indonesia Raya, doa bersama, dan sambutan dari Direktur Industri Logam Ditjen ILMATE serta Direktur IKM LMEA. Sambutan ini menekankan pentingnya kolaborasi antara pelaku industri alat potong dengan produsen bahan baku logam untuk meningkatkan daya saing industri nasional.
Diskusi dilaksanakan dalam dua sesi. Sesi pertama menghadirkan IISIA dan PT. Krakatau Steel yang membahas profil asosiasi, produk spesifik logam, serta potensi kolaborasi. Sesi kedua melibatkan PT. Krakatau Posco, PT. Jatim Taman Steel, dan PT. Gunung Raja Paksi Tbk., yang memaparkan inovasi produk serta peluang kerja sama yang ditawarkan.
Hasil dan Harapan FGD
Diskusi ini menghasilkan berbagai ide dan masukan untuk memperkuat ekosistem industri alat potong dan perkakas tangan di Indonesia. Salah satu kesimpulan penting adalah perlunya sinergi yang lebih erat antara produsen bahan baku dan industri pengguna untuk menciptakan rantai pasok yang lebih efisien dan mandiri.
Direktur IKM LMEA, Dini Hanggandari, menyampaikan harapannya dalam penutupan acara, “Melalui diskusi ini, kita berharap industri alat potong dan perkakas tangan dapat lebih berkembang, mengurangi ketergantungan impor, serta memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.”
Acara ini juga memberikan kesempatan bagi peserta untuk menjalin koneksi dan mengeksplorasi potensi kerja sama yang akan mendukung visi besar Indonesia menuju kemandirian industri logam dan perkakas tangan.
***